Faktor dan Cara Panen Ayam Broiler

Cara panen ayam broiler mungkin bagi peternak senior adalah hal yang mudah namun bagi para peternak pemula hal ini cukup membingungkan juga. Banyak pertanyaan terkait cara panen yang baik  diatara pertanyaanya adalah:
Cara panen ayam broiler

  • Kapan waktu yang tepat
  • Bagaimana prosedur/ teknis saat panen
  • Apa yang harus dilakukan setelah panen
  • Kita mulai dari pertanyaan pertama, “Kapan Waktu yang Tepat Panen Ayam?”

Para peternak sekalian, banyak peternak pemula yang menentukan waktu panen hanya berdasarkan umur ayam, padahal pada kondisi di lapangan hal itu tidak sepenuhnya benar karena ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan (tidak hanya umur) yaitu diantaranya :

Faktor dan Cara Panen Ayam Broiler

1. Konversi Pakan atau biasanya diistilahkan dengan FCR

Para peternak sekalian, seperti yang kita ketahui bersama bahwa semakin kecil nilai FCR maka keuntungan yang kita dapatkan akan semakin besar baik itu berupa hasil penjualan maupun bonus.  Bagi yang beternak dengan sistium kemitraan, biasanya pihak perusahaan sudah menentukan standar nilai FCR agar peternak bisa terus memantau FCR ayam broilernya.

Berdasarkan pengalaman kami, pertumbuhan ayam broiler secara optimal terjadi pada minggu ke-4 hingga ke-6 pemeliharaan. Artinya di rentang minggu tersebut, nilai FCR mendekati standar.  Ini saat yang tepat untuk melakukan panen. Karena ketika memasuki umur 7 – 8 minggu, pertambahan bobot badan broiler per minggu menurun dan tidak sesuai antara pakan yang masuk. Akibatnya nilai FCR pun semakin membengkak. Oleh karena itu, diusahakan jual/ panen pada umur 4-6 minggu untuk mendapatkan untuk yang maksimal.

2. Kondisi harga pasar

Apabila di pasaran sedang terjadi kenaikan harga jual, seperti menjelang hari-hari besar agama, periode pemeliharaan bisa dipersingkat dan ayam bisa dipanen dan dijual lebih awal agar keuntungan yang diperoleh lebih besar. Sebaliknya, jika harga sedang lesu/murah, maka perlu dipertimbangkan untuk memperpanjang periode pemeliharaan. Namun hal ini juga tetap harus mempertimbangkan FCR, jangan sampai semaki lama malah semakin rugi.

3. Kesukaan Pasar/ konsumen

Konsumen rumah tangga di Indonesia kebanyakan menyukai ayam broiler ukuran kecil (1 – 1,5 kg). Sedangkan ukuran besar biasanya diperuntukkan bagi pengolahan makanan tertentu (sate, opor, dll) dan untuk industri pengolahan daging ayam (nugget, sosis, dll).

Pada daerah tertentu konsumen lebih suka ayam kecil dengan bobot kurang dari 1 kg. Sedangkan di daerah lain konsumen lebih suka ayam besar dengan bobot 1,5-2 kg, serta ada juga yang menyukai ayam dengan bobot di atas 2 kg. Semakin besar bobot badan ayam (terutama pada ayam umur > 6 minggu), maka harga per kg bobot hidupnya biasanya juga akan semakin rendah karena ayam tersebut sudah banyak lemaknya dan tingkat keempukan dagingnya pun sudah berku

4. Kondisi penyakit/ Kesehatan ayam

Jika ayam sakit maka akan terjadi pengeluaran tambahan seperti biaya pembelian obat-obatan. Selain itu, saat kondisi sakit pertumbuhan ayam juga tidak akan maksimal dan akan sulit mencapai standar FCR. Bahkan pada kondisi sakit bobot bisa turun dengan drastis hari demi hari. Kondisi sakit yang terjadi, meskipun hanya pada sebagian ayam, namun sangat beresiko terjadi penularan pada ayam yang sehat. Oleh karena itu, jika kondisi ini terjadi maka terkadang keputusan yang tepat adalah menjual meskipun belum mencapai usia ideal.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama